Newsletter



Kamis, 20 Mei 2010

Ditulis Oleh Ferry Indrasjarief Thursday, 22 November 2007 ImageSEPAKBOLA INDONESIA IDENTIK DENGAN KEKERASAN. Itulah komentar banyak orang tentang

Ditulis Oleh Ferry Indrasjarief
Thursday, 22 November 2007
ImageSEPAKBOLA INDONESIA IDENTIK DENGAN KEKERASAN. Itulah komentar banyak orang tentang dunia sepakbola kita. Kebanyakan mereka berkomentar karena melihat perilaku para suporter di jalanan.

Gw anggap orang-orang tersebut cuma punya perasaan takut yang berlebihan bila melihat sekelompok orang berbaju oren dengan mengendarai kendaraan umum hingga ke atap sambil bernyanyi dan meneriakkan yel-yel. Sebetulnya kalau mau menerima kelompok ini apa adanya, mereka akan sadar bahwa anak-anak tersebut tidak seseram seperti yang dibayangkan. Bagaimanapun juga mereka adalah remaja yang sedang mencari identitas dan melalui sepakbola mereka bisa berekspresi sebebas mungkin dan menyalurkan energi mereka.

Cuma belakangan ini gw mulai melihat ada sedikit kebenaran dari komentar orang-orang tersebut. Fakta di dalam stadion yang membuat gw berpikir ulang apakah the Jakers sudah berada dalam jalur suporter yang benar. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan sekarang bukan lagi sekedar memberikan dukungan kepada tim kesayangan mereka, tapi lebih mencolok lagi hujatan pada tim/suporter lawan. Coba perhatikan! Kata “anjing” dan “bunuh” menjadi kata yang paling sering dilontarkan mereka. Begitu mudahnya mereka melontarkan kata penuh kebencian tersebut kepada lawan. Begitu mudahnya mereka menganggap lawan sebagai musuh yang harus dicaci maki. Apakah dengan begitu timnya pasti menang?!

Para pengurus the Jak harusnya lebih berpikir panjang. Komunitas yang mereka pimpin mayoritas adalah anak-anak remaja yang rentan sekali terprovokasi. Segala ucapan dari para pimpinan mereka akan ditelan bulat-bulat sebagai suatu perintah. Bayangkan, anak-anak yang lebih pantas menjadi adik atau bahkan keponakan kita, telah belajar bagaimana memperlakukan para suporter maupun tim tamu. Bayangkan, bagaimana anak-anak sekecil itu sudah dijejali dengan kata-kata yang tidak pantas tersebut. Akan jadi apa mereka nantinya? Bagaimana tanggung jawab organisasi apabila mereka menunjukkan emosi yang berlebihan sehingga melakukan tindakan-tindakan yang menjurus anarkis?

Mungkin ada yang berpendapat itu cuma sekedar teror terhadap lawan, toh kemudian tidak terjadi apa-apa di antara suporter. Belum tentu! Menurut gw itu karena suporter lawan yang dateng lebih dikit. Tapi coba sama banyak? Pasti akan timbul saling ejek yang ujung-ujungnya ribut atau paling engga menyimpan dendam. Kan belum tentu semua yang ada di stadion bisa menerima. Kan belum tentu yang nonton saat itu udah saling kenal dengan suporter lawan.

Mulut, Hati dan Pikiran harus sejalan. Itu yang selalu gw tanamkan dulu dalam pertemuan rutin the Jak. Jadi bila kita mengucap sesuatu berarti mewakili suara hati kita dan selaras dengan tindak tanduk kita. Lalu apa semua lawan tim kita adalah musuh dan suporternya harus dicaci maki sedemikian rupa?! Dewasa dikitlah. Kalo elu udah punya anak apa elu mau bawa anaklu ke stadion dan dapat pelajaran gratis kaya gitu? Bagaimana lu bisa berharap Stadion Lebak Bulus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi warga Jakarta untuk memberikan dukungan kepada tim kebanggaannya Persija? Apa lu masih berharap orang-orang yang sudah berkeluarga akan datang ke stadion dengan membawa anak-istrinya untuk nonton bola sekaligus hiburan murah meriah?

Jangan latah dalam memberikan dukungan kepada tim kita. Jangan cuma bisa mengekor, tapi ciptakan kreativitas sendiri. Beda daerah beda cara, beda karakter dan beda budaya. Ayo kita ciptakan cara kita sendiri yang sesuai dengan karakter Jakarta. Ayo kita kembangkan budaya kita sendiri. Mari kita sama-sama bangga mengatakan bahwa ini cara gw, ini kreativitas gw, ini budaya gw .......... BUDAYA OREN!

Pemutakhiran Terakhir ( Thursday, 22 November 2007 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar