Newsletter



Kamis, 20 Mei 2010

PELAJARAN DARI BIRU (1)

Ditulis Oleh Bung Ferry
Friday, 25 July 2008

Komisi Disiplin benar-benar unjuk gigi. Mereka tidak main-main dalam memberikan hukuman kepada para peserta Liga Super Indonesia yang terbukti melakukan pelanggaran-pelanggaran. Bobotoh Persib tidak diperkenankan menggunakan atribut kebesarannya selama satu tahun di seluruh Indonesia, mereka juga dihukum percobaan selama 6 bulan akibat tindakan mereka melecehkan the Jakmania baik berbentuk spanduk, kaos maupun yel-yel yang mereka kumandangkan. Panpel Persib juga terkena imbasnya. Denda 50 juta akibat dianggap tidak bisa mengamankan pertandingan.

Persija tiba di Bandung pukul 17.00 sore hari. Keluar dari tol seorang Panpel ikut bergabung dalam bis, sementara 2 mobil pribadi dan 1 motor mengawal perjalanan ke tempat penginapan dengan dipandu oleh seorang Polisi. Kita melihat cukup banyak polisi yang ditempatkan di sisi kanan kiri jalan yang dilalui Persija. Di hotel puluhan polisi dan pamswakarsa telah siap mengamankan. Tidak kurang dari 3 mobil polisi, 1 truk dalmas standby di hotel.

Skenario berikutnya, pada hari H Persija berangkat dari hotel menggunakan 2 rantis dengan dikawal 1 truk dalmas dan 1 mobil polisi. Rombongan diarahkan menuju Mapolwil Bandung untuk bergabung dengan Tim Persib yang menggunakan kendaraan kebesarannya. Dari sana Tim Persib dan Persija beriringan menuju stadion. Meski pengawalan super ketat, tapi setiba di stadion tetap saja puluhan bobotoh melakukan pelemparan terhadap rantis yang digunakan tim Persija.

Di stadion yel-yel mengejek tetap berkumandang. Namun di sisi lain kita melihat aksi pelemparan berkurang jauh. Bahkan bila ada yang melempar langsung dikeroyok oleh orang disekitarnya. Niat mereka untuk mengamankan pertandingan nampaknya cukup serius. Tapi itu ternyata cuma sementara. Ketika tertinggal 1-2 lemparan mulai kembali terjadi. Meski tidak mengenai satupun anggota tim Persija namun menimbulkan reaksi keras dari Polisi. Ketika kedudukan 1-3 lemparan semakin menjadi. Di sekitar bangku cadangan Persija tampak banyak sekali botol-botol dan benda-benda lain bertebaran.

Situasi betul-betul tak terkendali ketika penalti Hilton melebar keluar. Bobotoh tak terima dengan kondisi ini. Terjadilah perang antara mereka dengan aparat kepolisian. Selanjutnya .... kalian tahu sendirilah. Persija pulang ke hotel dengan rantis pukul 22.00. Kendaraan yang sama juga digunakan hingga jalan tol, baru dilanjutkan dengan bis menuju Jakarta.

Menurut gue baik Panpel maupun Viking sudah menunjukkan itikad baiknya untuk mengamankan Tim Persija. Bahkan Panglima Viking Ayi Beutik lewat media cetak dan elektronik setempat, menghimbau kepada para bobotoh untuk menghentikan teror terhadap tim lawan. Namun ketika masa yang jumlahnya ribuan sama-sama bergerak melakukan tindakan anarkis, rasanya hanya aparat keamananlah yang sanggup menanganinya.

Kejadian ini sebetulnya bisa terjadi dimanapun dan oleh siapapun. Ingat kejadian di Surabaya, Kediri dan Jakarta. Rasanya tidak pantas kita mencerca mereka sementara kita sendiri pernah mengalami hal serupa. Hukuman yang menimpa Viking seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua. Apakah kita bisa menjamin penonton Persija besok akan berlaku tertib di Senayan?

Saat ini jauh lebih baik dilakukan koordinasi antara Jakmania dengan Panpel Persija, Komisi Disiplin dan Aparat Keamanan. Hal-hal yang tidak boleh dilanggar harus cepat disosialisasikan ke seluruh anggota. Ingat! Kata-kata ‘bun**’, ‘anji**', dan ‘bang***’ sudah tidak asing lagi karena sering muncul berupa yel, lagu, spanduk ataupun atribut yang digunakan.

Mungkin tidak banyak yang tahu. Saat Persija melakukan ujicoba melawan Persikabo Bogor di stadion Lebak Bulus beberapa waktu yang lalu, ketika pulang kami mendapati bus Persija sudah mengalami retak pada kaca bagian depan akibat lemparan batu. Coba pikir, saat itu kan tidak ada suporter lain selain the Jakmania!

Gue ga bermaksud memojokkan siapapun, tapi kalian semua harus tahu bahwa tahun lalu Panpel Persija mengalami defisit keuangan. Jumlah pemasukan tidak sebanding dengan biaya penyelenggaran sekaligus biaya akibat denda dari Komdis.

Jadi, sekali lagi tidak pantas kita mencaci atau mencela mereka yang terkena hukuman. Justru ini harus menjadi pelajaran kita bersama agar kejadian kemarin tidak terulang dimanapun dan pada siapapun. Rasanya kalau suasana aman tercipta, maka kita akan bisa menyaksikan pertarungan sebenarnya di lapangan tanpa ada rasa waswas akan terjadi kerusuhan. Gue yakin elu semua bisa karena elu semua oren sejati yang tidak mau melihat tim kebanggaannya terkena sanksi. Semoga.

bersambung

Pemutakhiran Terakhir ( Saturday, 26 July 2008 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar