Newsletter



Kamis, 20 Mei 2010

PELAJARAN DARI BIRU (3)


Cetak E-mail
Ditulis Oleh Bung Ferry
Friday, 25 July 2008

Biru ape lagi nih Bung? Biarin, topik gue mengenai biru terus. Kan si Irlan jadi bingung ngajarin anaknye.

Kali ini yang gue bahas Arema. Semua juga tahu bagaimana klub mereka ditata begitu rapih, sehingga menjadi klub pertama yang lolos verifikasi. Semua juga tahu bagaimana dahulu mereka sempat mengarungi kompetisi dengan pendanaan yang didapat hanya dari tiket masuk! Bayangkan, suporter merekalah yang menjadi pemasok dana utama bagi klub. Bayangkan suporterlah yang secara tidak langsung memenuhi gaji bagi para pemainnya. Luar biasa ... like Barcelona.

Tidak usah iri. Dongeng tentang Arema menurut gue justru dimulai oleh Aremania. Coba gali ingatan kita. Aksi mereka menjadi pelopor gerakan suporter yang atraktif di Indonesia. Caranya mendukung membuat daerah-daerah lain tergerak untuk mendirikan kelompok-kelompok suporter dan menirukan gerak dan lagu mereka. Padahal Aremania sendiri bukan merupakan suatu organisasi. Mereka datang sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil dari berbagai daerah, namun ketika di stadion mereka satu komando di bawah pimpinan the conductor Yuli Sumpil.

Jangan tanya mengenai fanatisme mereka. Kemanapun Arema bertanding, mereka tidak hanya selalu mendampingi, tapi hadir mendominasi stadion. Puluhan bis, ratusan motor dan beberapa gerbong kereta menjadi kendaraan yang akrab dengan tur-tur mereka. Meski belakangan sempat terjadi gesekan dengan beberapa kelompok suporter, tapi tidak mengurangi image mereka sebagai suporter yang fanatik dan kreatif.

Fanatisme dan kreativitas mereka jugalah yang akhirnya mengundang datangnya sponsor. Kini mereka betul-betul menjelma menjadi klub yang ditata secara profesional. Tidak mengandalkan APBD. Semua itu didapat dengan proses yang cukup panjang. Dan semua itu didapat karena peran besar suporternya.

The Jakmania juga merupakan fenomena tersendiri bagi dunia sepakbola Indonesia. Kemunculannya menjadi bahan pemberitaan di banyak media. Identik dengan warna oranye, kreativitas kita juga tidak kalah dengan suporter manapun. Bahkan kalo dihitung lagu-lagu the Jak banyak terdengar di hampir seluruh stadion di Indonesia. Kalau di Arema punya seorang the conductor, maka kita punya banyak the composer.

Tapi yang paling unik dari the Jakmania adalah heterogenitas. Jakarta kota terbuka. Segala suku ada di Jakarta. Itu juga yang terlihat di Jakmania. Meski dia dari suku manapun tapi kalo udah ngomong soal Persija, semua satu suara. Fanatisme juga ga kalah. Tahun kemarin di Copa Indonesia, Jakmania menjadi suporter terbanyak dalam memberikan dukungan di partai tandang.

Namun masih ada yang kurang dari semua cerita di atas. The Jakmania sebagai pemain ke-12 Persija ternyata belum bisa menggerakkan hati sponsor untuk menjadi pemasok dana bagi tim Persija. Hingga saat ini PT Persija Jaya masih terus menjajaki kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan dana dari sumber lain. Peluang ke arah sana memang terbuka, apalagi kita sekarang pindah main di Senayan yang tentunya menjadi poin tersendiri untuk mendatangkan sponsor.

Yang pertama tentunya a-board di pinggir lapangan. Kalo di Lebak Bulus, kondisi lapangan yang sempit dan jarak tribun penonton yang tinggi mengurangi animo sponsor untuk naro a-board dengan logonya masing-masing. Beda di Senayan yang nota bene lebih luas dan pandangan lebih terbuka.

Pemasukan lain tentunya diharapkan dari tiket. Lebak Bulus kapasitasnya cuma 10.000 orang. Sementara Senayan untuk tribun bawah mencapai 48.000 orang. Meski belum tentu terisi penuh, tapi paling tidak orang-orang yang selama ini ragu datang karena khawatir tidak kebagian tempat duduk tentunya sekarang berbeda. Belum lagi lokasinya yang di tengah kota Jakarta membuat jaraknya lebih terjangkau masyarakat Jakarta yang selalu dihadapkan pada masalah kemacetan.

Semua ini adalah hitungan di atas kertas. Harapan-harapan itu akan menjadi kosong bila ternyata yang hadir tidak memenuhi kuota. Apalagi kalau terjadi kejadian seperti di Bandung kemarin, bukannya untung malah buntung. Suporter bukannya memberikan kontribusi malah datang jatuhnya sanksi.

Untuk itulah wahai para masyarakat oranye sebangsa dan setanah air. Mari kita tunjukkan peran kita sebagai Pemain ke 12 Persija. Mari kita berikan dukungan penuh pada tim kebanggaan kota Jakarta. Ayo berbondong-bondong kita penuhi Senayan. Ayo beramai-ramai kita tunjukkan kreativitas kita. Ayo kita katakan pada seluruh dunia : PERSIJA DIDADAKU – PERSIJA KEBANGGAANKU – KUYAKIN HARI INI PASTI MENANG.

Pemutakhiran Terakhir ( Saturday, 26 July 2008 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar